Sibuk Mengejar Dunia Lupa Mati
Banyak orang terjebak dengan pandangan bahwa kesuksesan ditentukan oleh harta. Padahal Alquran menjelaskan berkali-kali bahwa kekayaan tidak bisa menyelamatkan seseorang ketika maut tiba. Kaya atau miskin, semuanya akan melalui proses yang sama yakni mati, dikuburkan, lalu dibangkitkan kembali.
DALAM Alquran surah Abasa, Allah SWT menegaskan bahwa manusia diciptakan dari permulaan yang sangat sederhana. Setetes mani yang hina itu kemudian dibentuk Allah menjadi makhluk yang sempurna, memiliki akal, jiwa, dan potensi besar untuk menjalani kehidupan. Ini menunjukkan bahwa perjalanan hidup manusia bukan kebetulan, tetapi rancangan yang sangat rapi.
Ayat “Dari setetes mani, Dia menciptakannya lalu menentukannya” menggambarkan bahwa sejak awal manusia sudah memiliki arah dan tujuan. Proses pembentukan fisik yang sempurna itu bukan hanya menunjukkan kekuasaan Allah, tetapi juga mengingatkan bahwa hidup ini memiliki amanah besar.
Dengan akal dan kemampuan berpikir, manusia diberi kedudukan tinggi. Bahkan malaikat sekali pun diperintahkan untuk sujud penghormatan kepada Adam. Ini isyarat bahwa manusia memiliki potensi mulia, namun sekaligus tanggung jawab berat agar tidak terjatuh dari derajat itu.
Sejak lahir, manusia sebenarnya sudah mendapatkan fasilitas lengkap dari Allah. Alam semesta disusun begitu teratur agar manusia bisa hidup, berkembang, bekerja, belajar, dan beribadah. Tidak ada satu pun kenikmatan dunia yang tidak terkait dengan kebaikan Allah kepada hamba-Nya.
Selain bekal fisik, Allah juga memberikan bekal ruhani berupa ilham. Tanpa panduan ini, manusia akan tersesat. Sebab akal saja tidak cukup, apalagi godaan dunia begitu kuat. Karena itu, Allah mengutus para nabi sebagai pembimbing agar manusia tetap berada di jalan lurus.
Ayat “kemudian Dia memudahkan jalannya” menegaskan bahwa seluruh fase hidup manusia, mulai dari lahir hingga akhir hayat, telah Allah atur. Tantangannya bukan pada bagaimana manusia lahir atau mati, tetapi bagaimana ia menjalani waktu di antaranya.
Namun yang sering terjadi, manusia justru menjadikan dunia sebagai tujuan utama. Alquran tidak pernah menyebut dunia sebagai tempat kesuksesan sejati. Dunia hanya permainan dan kelalaian, kenikmatan yang menipu, dan fasilitas sementara untuk mengukur sejauh mana manusia mempersiapkan kehidupan setelah mati.
Banyak orang terjebak dengan pandangan bahwa kesuksesan ditentukan oleh harta. Padahal Alquran menjelaskan berkali-kali bahwa kekayaan tidak bisa menyelamatkan seseorang ketika maut tiba. Kaya atau miskin, semuanya akan melalui proses yang sama yakni mati, dikuburkan, lalu dibangkitkan kembali.
Ada kisah yang sering terjadi dalam kehidupan nyata. Seorang lelaki sibuk bekerja siang dan malam demi mengejar kekayaan. Ia merasa ibadah bisa ditunda, sedangkan dunia harus dikejar sekarang. Shalatnya sering terlambat, puasanya sering ia tinggalkan, sedekah ia abaikan karena merasa belum cukup kaya.
Hari demi hari ia lalai, dan dunia terlihat seakan memberi banyak peluang. Namun suatu malam, setelah pulang dari urusan bisnis, ia merasakan dadanya nyeri. Ia pikir sebentar lagi hilang. Tetapi takdir berkata lain. Ia jatuh tak sadarkan diri dan meninggal seketika. Keluarganya menangis, tetapi itu bukan masalah utama baginya lagi.
Ketika ruhnya dicabut, ia sadar bahwa semua hartanya tidak bisa menyelamatkan. Rumah megah tidak bisa menemaninya ke kubur. Uang miliaran tidak bisa menolak malaikat maut. Dan amal yang ia miliki… hampir tidak ada. Ia datang kepada Allah tanpa bekal.
Dalam hadis shahih disebutkan bahwa ketika seseorang meninggal, tiga hal mengiringinya: keluarga, harta, dan amal. Dua akan kembali, hanya amal yang tinggal. Lelaki itu menyaksikan sendiri kebenaran sabda Nabi. Keluarganya pulang setelah menguburnya, hartanya diwariskan, sementara amalnya kosong.
Di alam kubur, ia ditanya oleh malaikat dan tidak mampu menjawab dengan benar. Ia menyesal, tetapi penyesalan tidak lagi berguna. Betapa dunia yang dulu ia banggakan ternyata menjadi sebab ia terjerumus. Seperti firman Allah, “Kenikmatan dunia hanyalah kesenangan yang menipu.”
Kisah seperti ini bukan cerita fiksi. Berulang terjadi, tetapi manusia yang masih hidup tetap tidak mengambil pelajaran. Ketika sehat, sibuk mencari dunia. Ketika sakit sedikit, takut kehilangan pekerjaan. Tetapi ketika azan berkumandang, ia tidak takut meninggalkan shalat.
Padahal kematian tidak pernah menunggu manusia siap. Allah berfirman, “Kemudian Dia mematikannya lalu menguburkannya.” Itulah fase yang pasti. Tidak bisa ditunda dan tidak bisa dinegosiasikan. Bahkan orang yang paling kuat sekalipun tidak mampu melawan maut.
Setelah itu Allah membangkitkan manusia kembali. Di sinilah kehidupan yang sesungguhnya dimulai. Dunia hanyalah tempat singgah, sementara akhirat adalah kampung kembali. Semua amal akan dihitung, sekecil apa pun, dan semua kelalaian akan diperlihatkan.
Jika seseorang datang kepada Allah dengan iman dan amal saleh, ia akan mendapatkan tempat yang mulia. Namun jika ia datang hanya dengan catatan dosa, sementara amal kebaikannya sangat sedikit, maka neraka menjadi tempat akhirnya. Semua itu sudah jelas peringatannya dalam Alquran dan hadis.
Karena itu, bekal amal tidak boleh ditunda. Shalat harus dijaga sejak sekarang. Sedekah harus diamalkan meski sedikit. Puasa, zikir, membaca Alquran, semua itu akan menjadi cahaya di alam kubur. Yang menentukan bukan seberapa besar harta, tetapi seberapa besar ketaatan.
Hidup ini memang penuh kesibukan. Tetapi tidak ada kesibukan yang lebih penting dari memperbaiki diri sebelum mati. Dunia tidak pernah berhenti menggoda, tapi kematian juga tidak pernah berhenti mendekat. Yang membedakan hanyalah apakah manusia sadar atau lalai.
Jika kita memahami perjalanan hidup dari permulaan hingga akhir, maka seharusnya kita semakin sadar bahwa dunia bukan tujuan, melainkan jembatan menuju kehidupan yang abadi. Dan jembatan itu harus dilewati dengan amal, bukan dengan harta atau jabatan.
Maka selagi Allah masih memberi waktu, kesehatan, dan kesempatan, jangan biarkan dunia membuat kita lupa akhirat. Karena kelak yang menemani kita bukan rumah, kendaraan, atau harta, tetapi amal yang kita kumpulkan sepanjang hidup. Semoga kita termasuk orang-orang yang siap menghadapi kematian.
Berita Terkait Berdasarkan Tags
Jangan Dibaca Kalau Takut Tersindir
02 November 2025Berita Lainnya dalam Kategori Agama
Sebab Orang Tua Anak Masuk Neraka
02 November 2025Jangan Dibaca Kalau Takut Tersindir
02 November 2025Komentar (0)
Tinggalkan Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!