Sebab Orang Tua Anak Masuk Neraka

DALAM Islam, hubungan antara orang tua dan anak bukan sekadar ikatan darah, tetapi amanah besar yang kelak akan dipertanggungjawabkan. Setiap anak lahir membawa fitrah suci, namun bagaimana ia tumbuh, berkembang, dan menjadi seperti apa kelak, sangat ditentukan oleh cara orang tua membinanya. Keteladanan dan pendidikan adalah fondasi utama dalam membentuk karakter seorang anak.

Agama Oleh: Admin 2 02 November 2025 113x dilihat
Sebab Orang Tua Anak Masuk Neraka
Ilustrasi.

DALAM Islam, hubungan antara orang tua dan anak bukan sekadar ikatan darah, tetapi amanah besar yang kelak akan dipertanggungjawabkan. Setiap anak lahir membawa fitrah suci, namun bagaimana ia tumbuh, berkembang, dan menjadi seperti apa kelak, sangat ditentukan oleh cara orang tua membinanya. Keteladanan dan pendidikan adalah fondasi utama dalam membentuk karakter seorang anak.

Islam menegaskan bahwa orang tualah yang memberi warna pada perjalanan anak. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa seorang anak terlahir dalam keadaan fitrah, lalu orang tuanya yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Hadis ini menegaskan bahwa lingkungan pendidikan keluarga adalah faktor terbesar dalam pembentukan akhlak seorang anak.

Di sinilah muncul pertanyaan yang sering luput dibahas, apakah orang tua bisa mendosakan atau bahkan menerakakan anaknya? Jawabannya, iya. Ketidakpedulian, ucapan buruk, kelalaian dalam mendidik, atau memberi contoh yang salah dapat menjadi sebab anak tumbuh dengan akhlak buruk, dan orang tua turut memikul dosa tersebut.

Seorang anak belajar pertama kali dari ucapan orang tuanya. Ketika orang tua melontarkan kata kasar seperti malas, bodoh, nakal, atau tidak berguna, kata-kata itu masuk ke hati anak sebagai identitas dirinya. Anak yang terus dimarahi atau direndahkan akan tumbuh dengan luka batin, dan tidak jarang meniru pola komunikasi yang sama kepada orang lain.

Islam mengajarkan bahwa kata-kata adalah doa. Ketika orang tua membiasakan sumpah serapah dan ucapan buruk, sesungguhnya ia sedang mendoakan keburukan untuk darah dagingnya sendiri. Inilah salah satu bentuk orang tua yang mendosakan anak, meskipun kadang tanpa sadar.

Tidak hanya dari ucapan, teladan perilaku orang tua pun menjadi cermin yang paling kuat. Orang tua yang malas beribadah akan sulit menuntut anak taat. Orang tua yang suka berdusta akan melahirkan anak yang menganggap kebohongan sebagai hal wajar. Orang tua yang tidak menghargai pasangannya akan dilihat oleh anak sebagai contoh hubungan keluarga yang normal.

Dalam sejarah Islam, ada kisah yang sangat menggugah tentang seorang anak yang dianggap durhaka, namun ternyata akar masalahnya adalah kelalaian orang tua. Seorang ayah mengadukan anaknya kepada Umar bin Khattab karena perilaku sang anak yang dinilainya tidak hormat. Namun ketika ditanya, sang anak menjelaskan bahwa ayahnya tidak pernah menunaikan hak-haknya.

Anak itu berkata bahwa ayahnya tidak memilihkan ibu yang baik, tidak memberinya nama yang baik, dan tidak mengajarinya Al Quran. Saat mendengar pengakuan itu, Umar menegur sang ayah dan berkata bahwa ia telah mendurhakai anaknya terlebih dahulu. Kisah ini menunjukkan bahwa sebelum menuntut bakti anak, orang tua wajib memenuhi hak pendidikan dan keteladanan.

Sebaliknya, banyak pula teladan luar biasa dari orang tua yang berhasil merawat anaknya sehingga tumbuh menjadi pribadi saleh. Lihatlah kisah keluarga Imran. Doa penuh cinta dari ibu Maryam membuat Maryam tumbuh sebagai wanita suci dan mulia. Ketika orang tua menanamkan tauhid sejak awal, doa itu menjadi energi yang menjaga anak sepanjang hidupnya.

Kisah Luqman Al Hakim dalam Al Quran juga menjadi contoh indah. Ia menasihati anaknya dengan kelembutan, mengajarkan tauhid, adab, akhlak, dan ibadah. Cara Luqman mendidik menunjukkan bahwa bimbingan yang benar akan melahirkan generasi berkarakter kuat.

Saat ini sebagian orang tua terjebak pada peran pencari nafkah, namun mengabaikan pendidikan akhlak. Anak diberi fasilitas, tetapi tidak diberi perhatian. Anak disekolahkan tinggi, tetapi tidak dibimbing nilai moral. Ketika anak tumbuh liar atau kurang ajar, barulah orang tua merasa terkejut. Padahal akar masalahnya ada pada kelalaian sejak dini.

Ucapan buruk juga bisa menjadi sumber kehancuran keluarga. Banyak kasus menunjukkan bahwa anak yang tumbuh dengan label negatif akan tumbuh menjadi pribadi pencemas, pemarah, atau rendah diri. Maka orang tua perlu berhati-hati, sebab lisan yang tidak dijaga dapat menjadi doa buruk yang menghantui masa depan anak.

Orang tua juga bisa mendosakan anak bila memberikan makanan haram, baik dari sumber yang haram maupun cara yang tidak halal. Dalam hadis disebutkan bahwa daging yang tumbuh dari perkara haram, maka nerakalah yang lebih berhak terhadapnya. Artinya, apa yang orang tua nafkahkan kepada anak menentukan nasib spiritual anak tersebut.

Islam memandang anak sebagai amanah, bukan sekadar keturunan. Setiap orang tua akan ditanya tentang bagaimana ia menjaga amanah itu. Bila amanah ini diabaikan, maka setiap penyimpangan anak akan menjadi bagian dari beban dosa orang tuanya, selama penyimpangan itu terjadi karena kelalaian mereka.

Namun, ketika anak tumbuh dewasa dan memiliki pilihan sendiri, orang tua tidak menanggung dosa jika mereka sudah melakukan bimbingan maksimal sejak kecil. Yang menjadi masalah adalah orang tua yang lalai, tidak peduli, atau memberi contoh buruk sepanjang masa pertumbuhan anak.

Generasi saleh tidak lahir secara kebetulan. Mereka terbentuk dari doa orang tua, akhlak yang dicontohkan, pendidikan yang ditanamkan, dan perhatian yang diberikan. Anak yang saleh akan menjadi penyejuk mata, dan doa mereka akan menjadi pahala abadi bagi orang tua.

Di sisi lain, orang tua yang lalai berpotensi “menerakakan” anaknya. Bukan karena ingin, tetapi karena kelalaian mereka membuka jalan bagi anak untuk tumbuh tanpa pegangan moral. Dan di akhirat kelak, kelalaian itu menjadi pertanggungjawaban besar.

Karena itu, setiap orang tua perlu merenungkan kembali peran mereka. Apakah mereka sedang mendidik atau merusak? Apakah kata-kata mereka adalah doa atau kutukan? Apakah sikap mereka membimbing anak menuju kebaikan atau menjerumuskan dalam keburukan?

Orang tua adalah arsitek utama masa depan anak. Seorang anak lahir dalam keadaan suci, dan orang tualah yang menentukan arah hidupnya. Jika ingin melahirkan generasi saleh dan salehah, maka mulailah dari diri sendiri, perbaiki akhlak, lembutkan lisan, tegakkan ibadah, dan jadilah teladan kebaikan. Karena masa depan anak dimulai dari orang tuanya.

Komentar (0)

Tinggalkan Komentar

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!